Abdul Madjid sang penemu bersedekap berfoto bersama penulis dengan salam dua jarinya hehehehe. FOTO : PENULIS |
Bahan
Bakar Minyak (BBM), dewasa ini kian menempati posisi penting dalam suatu
negara, karena keberadaannya tidak hanya merupakan kebutuhan untuk berbagai
kegiatan dalam kehidupan pembangunan, tetapi juga telah berkembang jadi salah
satu isu penting dalam sistem politik suatu negara.
Seperti
kita lihat, di setiap rejim negeri ini, setiap kepala negara akan selalu menuai
kritik dan protes dari berbagai elemen rakyat, ketika kepala negara hendak dan
telah mengumumkan kenaikan harga BBM.
Kenapa?,
karena minyak bumi yang berasal dari fosil tumbuhan purbakala dalam perut bumi,
yang terbentuk melalui proses alami hingga ribuan tahun. Sehingga diyakini bahwa minyak bumi merupakan salah
satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
Benarkah?
Namun,
bagi Abdul Madjid, warga Jalan Banteng Nomor 5 RT/RW 01/02 Kelurahan Birobuli
Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu Sulawesi Tengah, secara teori
pendapat tersebut ada benarnya, namun secara ilmu pengetahuan keyakinan
tersebut masih terbuka ruang untuk didiskusikan kembali, tentunya dengan
membuka fakta alam disekitar kita.
Melalui
teori singkat dan sekilas yang dia kemukakan,
dia mengumpamakan, seorang perokok akan merasakan kenikamatan ketika asap
rokok telah dihisap. Nikmat rokok tersebut berasal dari kandungan nikotin. Tapi
ketika asap rokok dilepaskan ke udara, maka asap rokok beserta kandungan
nikotin didalamnya akan hilang begitu saja.
Padahal,
nikotin bisa tertangkap benda, karena sebenarnya nikotin juga masuk dalam benda
padat. Contoh : seorang perokok memiliki gigi kekuning-kuningan, kemudian
nikotin yang tertangkap tubuh menggumpal
dan menempel pada paru-paru perokok, sehingga paru-paru perokok jadi menghitam.
Pendapat
sekilas tersebut, menurut Madjid (47) pria asal Mojokerto Jawa Timur ini, cukup
untuk menjelaskan, bahwa setiap tumbuhan memiliki kandungan zat yang mudah
terbakar, namun jika dibiarkan begitu saja hasil pembakaran akan hilang,
padahal zat yang membuat tumbuhan mudah terbakar berada dalam asap, sehingga
untuk memperolehnya dibutuhkan proses atau metode khusus penangkapan kandungan
minyak atau metan dalam asap hasil pembakaran tersebut.
“Kandungan
minyak atau metan dalam asap pembakaran, ketika dilakukan penangkapan melalui
proses tertentu, maka akan menghasilkan gumpalan-gumpalan layaknya busa, dan
sebenarnya itulah yang disebut minyak dari tumbuhan itu, artinya, sebenarnya
sumber bahan bakar minyak itu begitu melimpah disekitar kita, yang disediakan
tumbuh-tumbuhan, hanya saja belum terlalu kita sadari,” katanya.
Selain
itu, Madjid juga menyebut berbagai peristiwa kebakaran hutan, apakah cukup
hanya dijawab karena faktor cuaca panas dan musim kemarau, ditambah lagi dengan
dorongan angin sehingga api cepat menjalar.
“Kenapa
asap kebakaran hutan membuat orang sesak nafas, karena ada kandungan zat padat
dalam asap yang dihirup manusia, kemudian menempel dan mengeras dalam tubuh
kita,” terangnya.
Madjid
menegaskan, jika hal ini diseriusi, bukan mustahil persoalan sumber energi
hayati negeri ini dapat teratasi. Dan hal ini berkorelasi dengan persoalan
lainnya, mulai kebersihan, pemberdayaan dan ekonomi masyarakat
“Ini
juga jauh lebih murah dan mudah dibandingkan dengan program penyediaan energi
alternatif yang dicanangkan pemerintah misalnya melalui penanaman pohon jarak.
Karena sumber energi minyak jarak membutuhkan banyak hal, mulai lahan tenaga
dan biaya,” terangnya.
Sayangnya,
Madjid tidak bersedia menerangkan lebih jauh tentang rumus dan hal-hal
berkaitan lainnya mengenai pembuatan minyak hayati dari sampah tumbuhan. Dengan
alasan, telah banyak pihak yang berjanji untuk membantu pengembangan temuannya
ini, meski hingga sekitar dua tahun janji tersebut baru sebatas janji.
“Termasuk
dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Ristek serta energi sumberdaya
mineral, bahkan sebenarnya ada rekomendasi langsung dari bapak presiden ke
beberapa pihak diatas untuk merespon proposal saya, tapi yang datang hanya tim
dari Jakarta untuk minta rumus, saya bilang minta maaf kalau hanya minta
rumus,” tutur pria yang mengaku berhenti merokok berkat riset yang dilakukan ini, serta hanya tamat di
salah satu aliyah di Mojokerto – Jawa Timur.
0 komentar:
Post a Comment