Jumat (15/4/2016) wajah orang Indonesia, yang disebut-sebut sebagai tokoh pendiri
Partai Komunis Indonesia muncul sebagai cover Google. Siapakah Semaun itu,
berikut biografi singkatnya;
Semaun adalah seorang tokoh perjuangan Kemerdekaan Indonesia yang lahir di
Curahmalang, kecamatan Sumobito, termasuk dalam kawedanan Mojoagung, kabupaten
Jombang, Jawa Timur sekitar tahun 1899. Semaun adalah anak Prawiroatmodjo,
pegawai rendahan, tepatnya tukang batu, di jawatan kereta api di Surabaya
yang secara ekonomi menempatkannya pada golongan masyarakat kurang mampu
dan tereksploitasi. Karena mereka hanya dijadikan tenaga kerja murah. Dalam
stratifikasi masyarakat di Hindia Belanda khususnya Jawa Timur, keluarga Semaun masuk
dalam kalangan Islam abangan yang dalam pergaulan sehari-hari termarginalisasi
secara sosial. Secara politis, keluarga Semaun tidak masuk hitungan,
kecuali dalam kerangka kepentingan politik penguasa dalam mencapai tujuannya.
Dalam bidang pendidikan, Semaun dapat meraihnya walaupun dalam
keterbatasan. Meskipun bukan anak orang kaya maupun priayi, pada usia
tujuh tahun Semaoen berhasil masuk ke sekolah Tweede Klas (sekolah
bumiputra kelas dua) dan memperoleh pendidikan tambahan bahasa Belanda dengan
mengikuti semacam kursus sore hari., Setelah menamatkan pendidikannya
di sekolah Hollands Inlandsche School (HIS) ia tidak
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Pada tahun 1912,
Semaun mengikuti ujian untuk menjadi pegawai Pamong Praja Rendah dan berhasil
memperoleh sertifikat Klein Abtenaar. Ia kemudian bekerja di Staatsspoor (SS)
Surabaya setelah dinyatakan berhasil menempuh ujian “Pengetahoean Oemoem” (Algemeene
Outwikelling) dan ujianStationscommies. Dia bekerja di Staatsspoor (SS)
Surabaya sebagai juru tulis rendahan.
Pada usia 14 tahun Semaun masuk dalam Central Sarekat Islam (CSI).
Saat itu, tahun 1914, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeeling Surabaya.
Setahun kemudian, tahun 1915, bertemu dengan Sneevliet dan diajak
masuk ke Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV),
organisasi sosial demokrat Hindia Belandaafdeeling Surabaya yang
didirikan Sneevliet. Ia juga bergabung di organisasi Vereeniging voor
Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP), serikat buruh kereta api dan trem afdeeling Surabaya.
Pekerjaan di Staatsspoor akhirnya ditinggalkannya pada tahun 1916 sejalan
dengan kepindahannya ke Semarang karena diangkat menjadi propagandis VSTP yang
digaji. Penguasaan bahasa Belanda yang baik, terutama dalam membaca dan
mendengarkan, minatnya untuk terus memperluas pengetahuan dengan belajar
sendiri, hubungan yang cukup dekat dengan Sneevliet, merupakan faktor-faktor
penting mengapa Semaoen dapat menempati posisi penting di kedua organisasi
Belanda itu.
Di Semarang, ia kemudian menjadi redaktur surat kabar VSTP
berbahasa Melayu dan Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang.
Semaoen adalah figur termuda dalam organisasi. Pada tahun belasan itu, ia
dikenal sebagai jurnalis yang andal dan cerdas. Ia juga memiliki kejelian yang
sering dipakai sebagai senjata ampuh dalam menyerang kebijakan-kebijakan
kolonial.
Tanggal 6 Mei 1917, Semaun terpilih menjadi ketua SI Semarang. Semaun
sangat menolak pembentukanVolksraad dan Indie Weerbaar.
Sebagai Ketua SI Semarang, Semaoen banyak terlibat dengan pemogokan buruh.
Pemogokan terbesar dan sangat berhasil di awal tahun 1918 dilancarkan 300
pekerja industri furnitur. Tahun 1919 Semuan terpilih sebagai ketua Peratuan
Pergerakan Kaum Buruh (PPKB). Pada tahun 1920, terjadi lagi pemogokan besar-besaran
di kalangan buruh industri cetak yang melibatkan SI Semarang. Pemogokan ini
berhasil memaksa majikan untuk menaikkan upah buruh sebesar 20 persen dan uang
makan 10 persen.
PKI dan Semaun
Sejak dikeluarkan dari Central Sarikat Islam (CSI), Semaun mula
berkonsentrasi pada Partai Komunis Indonesia, Semaun juga membawa PKI bergabung
dengan Comintern yang bekerjasama dengan Negara-negara yang
berfaham komunis. Otomatis Semaun menjabat Ketua Umum Pertama
Partai Komunis Indonesia (PKI).
Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaoen mewujudkan cita-cita
Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda.
Sikap dan prinsip komunisme yang dianut Semaoen membuat renggang hubungannya
dengan anggota SI lainnya. Pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti ISDV menjadi
Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai
Komunis Indonesia dan Semaoen sebagai ketuanya.
PKI menegaskan dirinya sebagai sebuah partai yang mampu untuk mempersatukan rakyat, baik muslim maupun bukan muslim. Komunis tidak membiarkan adanya perbedaan-perbedaan nasib dalam hal pangkat dan bangsa serta menentang segala bentuk kelas-kelas manusia. PKI sangat gencar dalam mengkampanyekan semboyan“sama rasa sama rata”.
PKI pada awalnya adalah bagian dari Sarekat Islam, tapi akibat perbedaan
paham akhirnya membuat kedua kekuatan besar di SI ini berpisah pada bulan
Oktober 1921. Pada akhir tahun itu juga dia meninggalkan Indonesia untuk pergi
ke Moskow, dan Tan Malaka menggantikannya sebagai Ketua Umum. Setelah kembali
ke Indonesia pada bulan Mei 1922, dia mendapatkan kembali posisi Ketua Umum dan
mencoba untuk meraih pengaruhnya kembali di SI tetapi kurang berhasil.
Peran Semaun
Kesadaran nasional tertanam dalam diri Semaun seiring dengan realitas yang
ada di Hindia, di mana rakyat kecil selalu menjadi korban kaum penguasa
dalam hal ini pemerintah dan kaum kapitalis. Sebagai wujud dari kepedulian
Semaun ini, maka Semaun menulis artikel-artikel yang berisi ajakan kepada tokoh
pergerakan dan rakyat untuk sama-sama memperjuangkan hak-hak rakyat kecil dan
juga kaum buruh serta mengkritik berbagai kebijakan pemerintah kolonial yang
berkaitan dengan masalah perkebunan dan masalah Volksraad. Semaun
juga aktif mengkoordinir berbagai aksi pemogokan terutama di daerah Semarang
dan sekitarnya.
Semaoen juga seorang yang padat dalam berkarya. Kebanyakan karyanya ditulis
di dalam surat kabar beraliran kiri. Pemikiran Semaoen dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni oleh Sneevliet dan agama Islam walau sempat dalam karyanya
ia memprotes pemikiran pribumi yang terlalu percaya akan kegaiban yang akan
mengatur dan menyelamatkan mereka. Di antara karya-karya Semaoen adalah
Penuntun Kaum Buruh yang dibuat untuk para anggota Partai Komunis Indonesia,
Hikayat Kadiroen yang menceritakan seorang priyayi Marxis yang sangat peduli
kepada rakyatnya dan Berbareng Bergerak.
Dalam pergerakan, ia menerima paham Marx tentang protes sosial kepada
pemerintahan Hindia Belanda. Ia menganggap bahwa Pemerintah telah membiarkan
warga pribumi terjatuh dalam kemiskinan karena usaha kapitalisasi di Indonesia
terutama di Jawa. Ia berharap bahwa suatu hari nanti akan ada suatu keadaan
mirip dengan Jawa Kuno yang membiarkan warganya hidup dengan apa yang ia
inginkan. Dan hal itu hanya akan terjadi jika pemerintahan Soviet hadir di
antara mereka.
Masa Pengasingan
Pada tahun 1923, VSTP merencanakan demonstrasi besar-besaran dan langsung
dihentikan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan setelah itu Semaun diasingkan
ke Belanda. Semaun ditangkap dan diberangkatkan ke Belanda pada tanggal 18
Agustus 1923 dengan menggunakan kapal S.S. Koningin der Nederlanden.
Selama masa pengasingannya dia kembali ke Uni Sovyet, di mana dia tinggal
disana lebih dari 30 tahun. Pada masa itu dia tetap menjadi aktivis tapi hanya
dalam aksi-aksi terbatas, berbicara beberapa kali di Perhimpunan Indonesia,
organisasi mahasiswa di Belanda pada masa itu. Dia juga sempat belajar di
Universitas Tashkent untuk beberapa waktu.
Selama pembuangan ke Eropa, Semaoen aktif di Executive Committee of
the Comintern International (ECCI), Komite Eksekutif Komunis
Internasional. Namun sayang sekali jika dalam usahanya tersebut dengan
tokoh-tokoh timur lain seperti Tan Malaka, Darsono atau Alimin tidak digubris
dengan baik. Dewan Komitern lebih cenderung tertarik bagaimana memerahkan Eropa
ketimbang membantu pergerakan di Asia, seperti di India atau Indonesia yang
saat itu menjadi salah satu corong utama pergerakan di kawasanya
masing-masing. Setelah beberapa tahun tinggal di Belanda, Semaoen lalu
menetap di Uni Soviet dan menjadi warga negara di sana. Ia pernah bekerja
sebagai pengajar bahasa Indonesia dan penyiar berbahasa Indonesia pada radio
Moscow. Puncak "kariernya" adalah ketika diangkat oleh Stalin menjadi
pimpinan Badan Perancang Negara (Gozplan) di Tajikistan.
Akhir hidup
Setelah masa pengasingannya dia kembali ke Indonesia, dan pindah ke
Jakarta. Kepulangan Semaoen ke Indonesia pada tahun 1953 merupakan inisiatif
Iwa Kusumasumantri. Semaoen, Iwa, dan Sekjen Partai Komunis Iran mengawini tiga
putri kakak-adik yang saat itu bekerja dalam Comintern. Saat kembali ke
Indonesia dalam usia setengah abad lebih, Semaoen telah terputus dari PKI,
partai yang ia dirikan. Dari tahun 1959 sampai dengan tahun 1961 dia bekerja
sebagai pegawai pemerintah. Dia juga mengajar mata kuliah ekonomi di
Universitas Padjadjaran, Bandung. Beliau wafat tahun 1971.
Sumber
http://aw-nashruddin.blogspot.co.id/
0 komentar:
Post a Comment