Saling menyayangi pasangan hidup, merupakan kewajiban. Bahkan, saling menyayangi adalah kebutuhan. Untuk itu, saling memberikan rasa sayang kepada pasangan, baik dalam bentuk ucapan, sikap dan perbuatan. Harusnya tidak dibatasi dengan waktu atau hari.
Ada sebagian orang berpendapat, bahwa ‘sayang’ terhadap pasangan merupakan implementasi dari Cinta. Untuk itu, jika seseorang mengaku saling menyayangi, sudah selayaknyalah jika dia merelakan apapun dalam dirinya kepada orang yang disayangi.
Pembuktian ‘sayang’ kepada orang ‘teristimewa’ dalam hidup yang belum berada dalam ikatan norma adat, agama dan hukum positif dalam bentuk rasa dan raga, pada hari yang dianggap istimewa (valentine) tentu hal konyol.
Konyol, karena demi sebuah tradisi dari peristiwa yang meragukan ke-valid-tannya sampai harus berkorban. Konyol juga, karena dari kisah yang konon katanya terjadi di tengah kehidupan masyarakat sakit, dan di dedikasikan kepada sosok dalam cerita, yang kemudian di tokohkan oleh sistem kapitalis yang berorientasi bisnis.
Kasih sayang harusnya dilakukan pasangan sah menurut berbagai norma, sepanjang hari dan sepanjang waktu. Dengan menjadikan setiap waktu dan hari sebagai masa istimewa untuk pasangan. Karena jika kasih sayang itu kemudian di batasi, maka siap-siaplah beberapa hal.
Pertama menjadikan hari lain sebagai hari biasa bersama pasangan, sehingga rentan perpecahan hubungan. Kedua, siap jadi korban pelaku bisnis, misalkan hotel, café dan restaurant yang menyediakan fasilitas merayakan hari kasih sayang.
Lebih tragis lagi jika tradisi ini, kemudian menguntungkan pengusaha pakaian daster hingga alat kontrasepsi.
0 komentar:
Post a Comment