Jika dipandang, tak ada yang aneh dari fisik Maulidina atau
Lina. Tawa dan senyum menghiasai wajah polos gadis berusia 10 tahun penderita
Firtel Rectovagina atau (maaf) membuang kotoran dari vagina, karena tidak
memiliki anus. Tak nampak pula, jika pada lingkarang perutnya terdapat kain
penahan dua selang dari dalam tubuhnya, satu lubang berfungsi untuk memasukan
cairan pembersih, dan lubang satunya sebagai saluran untuk membuang kotoran
dari dalam tubuhnya.
Oleh : Joko Cah Palu
Kondisi ini diketahui Metrosulawesi, saat seorang pengguna
situs jejaring sosial Facebook, Ambi Nuar Pur menggunggah foto Lina saat
menjalani operasi di RS Universitas Hasanuddin November 2015 lalu, pada 1
Januari 2016 ini.
Foto tersebut menuai pro kontra dari netizen, karena ada
yang menduga foto tersebut akal-akalan pihak keluarga keluarga Lina, untuk melakukan penipuan. Pada
kesempatan yang direncanakan, Metrosulawesi bertemu dan berbincang kakak Lina,
bernama Wahyuningsih yang merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas Dombu
Kabupaten Sigi.
Singkat cerita, Metrosulawesi dan pengurus grup Facebook
Info Kota Palu, Muchsin, pada Minggu (3/1) bersepakat untuk melihat langsung
kondisi Lina di rumah Wahyuningsih, BTN Kaluku Permai Kalukubula, Blok I nomor
4.
Berdasarkan cerita dari Wahyuningsih, Lina merupakan adiknya
yang keenam dari 7 bersaudara, yang dia sendiri merupakan putri pertama dari pasangan
kedua orangtuanya, almarhum Tamir Thahir – Maryam Lawira.
“Kondisinya sudah sejak kecil, dan semakin parah waktu dia usia
5 tahun. Mama tidak tega dengan kondisi adik saya ini,” kata Wahyuningsih.
Selama ini, Lina yang lebih dekat dengan dirinya, karena
sejak kecil dia yang merawat, sekolah jika kondisi fisiknya sedang baik. Lina baru pulang ke rumah mamanya, di Desa
Mapane Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso jika kangen dengan ibunya, atau
sedang liburan.
“Pernah dia sekolah, perutnya kena sodok temannya, akhirnya
dia sakit lagi. Sebenarnya dia minta-minta sekolah, tapi saya liat kondisinya
antara tega dan tidak tega juga. Kasihan tapi mau bagaimana lagi,” ucapnya
lirih.
Wahyuningsih juga menceritakan, dalam sehari Lina
membutuhkan kateter dan dua kantor cairan NACL untuk membersihkan perut
adiknya, yang jika mengikuti anjuran dokter harus selalu diganti dengan biaya
minimal Rp75 ribu per hari. Namun, karena kondisi ekonomi, dia memilih
men-sterilkan alat-alat itu secara tradisional.
“Soalnya kami masih hutang sama dokter yang menangani,” katanya dengan nada datar.
Menurutnya, minimal Lina masih harus menjalani dua kali lagi
operasi untuk memfungsikan sistem pembuangan tubuhnya dengan normal, dengan
kebutuhan biaya yang sulit dia jelaskan jumlahnya.
“Yang jelas satu kali konsultasi dengan dokter biayanya
Rp500 ribu, diluar obat dan lain-lain. Kalau ditanya berapa kali konsultasi,
operasi sebelumnya sekitar lima kali,” katanya.
Karena, setelah menjalani operasi pertama, Lina juga
mengalami yang disebut dokter dengan Malformasi Anrectal.
Menurut Wahyuningsih, sesuai anjuran dokter, Lina harus menjalai
operasi kembali setidaknya akhir Januari ini, karena belum siapnya biaya, demi
adiknya dia menitipkan nomor rekening dan nomor kontak kepada Metrosulawesi dan
Admin IKP, dengan harapan jika ada pembaca dan member IKP yang bersedia membantu
biaya pengobatan adiknya.
Hp 081354746955
No Rek bri 344901025444537, AN Wahyuningsih
0 komentar:
Post a Comment