Lina, Gadis 11 Tahun Tanpa Anus, Lambat Operasi, Keluarga Ditegur Dokter

Posted by

Jika dipandang, tak ada yang aneh dari fisik Maulidina atau Lina. Tawa dan senyum menghiasai wajah polos gadis berusia 10 tahun penderita Firtel Rectovagina atau (maaf) membuang kotoran dari vagina, karena tidak memiliki anus. Tak nampak pula, jika pada lingkarang perutnya terdapat kain penahan dua selang dari dalam tubuhnya, satu lubang berfungsi untuk memasukan cairan pembersih, dan lubang satunya sebagai saluran untuk membuang kotoran dari dalam tubuhnya.
Oleh : Joko Cah Palu
aginamo

Kondisi ini diketahui Metrosulawesi, saat seorang pengguna situs jejaring sosial Facebook, Ambi Nuar Pur menggunggah foto Lina saat menjalani operasi di RS Universitas Hasanuddin November 2015 lalu, pada 1 Januari 2016 ini.
Foto tersebut menuai pro kontra dari netizen, karena ada yang menduga foto tersebut akal-akalan pihak keluarga  keluarga Lina, untuk melakukan penipuan. Pada kesempatan yang direncanakan, Metrosulawesi bertemu dan berbincang kakak Lina, bernama Wahyuningsih yang merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas Dombu Kabupaten Sigi.
Singkat cerita, Metrosulawesi dan pengurus grup Facebook Info Kota Palu, Muchsin, pada Minggu (3/1) bersepakat untuk melihat langsung kondisi Lina di rumah Wahyuningsih, BTN Kaluku Permai Kalukubula, Blok I nomor 4.
Berdasarkan cerita dari Wahyuningsih, Lina merupakan adiknya yang keenam dari 7 bersaudara, yang dia sendiri merupakan putri pertama dari pasangan kedua orangtuanya, almarhum Tamir Thahir – Maryam Lawira.
“Kondisinya sudah sejak kecil, dan semakin parah waktu dia usia 5 tahun. Mama tidak tega dengan kondisi adik saya ini,” kata Wahyuningsih.
Selama ini, Lina yang lebih dekat dengan dirinya, karena sejak kecil dia yang merawat, sekolah jika kondisi fisiknya sedang baik.  Lina baru pulang ke rumah mamanya, di Desa Mapane Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso jika kangen dengan ibunya, atau sedang liburan.
“Pernah dia sekolah, perutnya kena sodok temannya, akhirnya dia sakit lagi. Sebenarnya dia minta-minta sekolah, tapi saya liat kondisinya antara tega dan tidak tega juga. Kasihan tapi mau bagaimana lagi,” ucapnya lirih.
aginamo
Wahyuningsih juga menceritakan, dalam sehari Lina membutuhkan kateter dan dua kantor cairan NACL untuk membersihkan perut adiknya, yang jika mengikuti anjuran dokter harus selalu diganti dengan biaya minimal Rp75 ribu per hari. Namun, karena kondisi ekonomi, dia memilih men-sterilkan alat-alat itu secara tradisional.
“Soalnya kami masih hutang sama dokter yang menangani,”  katanya dengan nada datar.
Menurutnya, minimal Lina masih harus menjalani dua kali lagi operasi untuk memfungsikan sistem pembuangan tubuhnya dengan normal, dengan kebutuhan biaya yang sulit dia jelaskan jumlahnya.
“Yang jelas satu kali konsultasi dengan dokter biayanya Rp500 ribu, diluar obat dan lain-lain. Kalau ditanya berapa kali konsultasi, operasi sebelumnya sekitar lima kali,” katanya.
Karena, setelah menjalani operasi pertama, Lina juga mengalami yang disebut dokter dengan Malformasi Anrectal.
Menurut Wahyuningsih, sesuai anjuran dokter, Lina harus menjalai operasi kembali setidaknya akhir Januari ini, karena belum siapnya biaya, demi adiknya dia menitipkan nomor rekening dan nomor kontak kepada Metrosulawesi dan Admin IKP, dengan harapan jika ada pembaca dan member IKP yang bersedia membantu biaya pengobatan adiknya.
Hp 081354746955

No Rek bri 344901025444537, AN Wahyuningsih


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Aginamo Updated at: 03:48:00

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan

Hosting Indonesia

Arsip Blog

Powered by Blogger.