Menurut para ahli, inti dari pengertian komunikasi massa adalah proses yang dilakukan sebuah organisasi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak yang heterogen, tersebar dan anonim, setelah melalui proses pengolahan melalui mesin atau tehnologi, baik dalam bentuk media cetak maupun elektronik.
Singkatnya, komunikasi massa adalah sebagai produksi dan distribusi yang berlandaskan tehnologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan atau kontinyu, serta paling luas dipunyai orang dalam suatu masyarakat industri.
Antonim dari komunikasi massa adalah komunikasi interpersonal, maksudnya adalah komunikasi interpersonal sifatnya dilakukan secara langsung, tidak melalui media teknis, bersifat komunikasi dua arah, terjadi interaksi antar peserta komunikasi atau terjadi dialogis, kemudian secara geografis sangat terbatas.
Mengingat komunikasi massa ditujukan bagi khalayak luas, maka, komunikasi massa yang baik harus memenuhi beberapa syarat;
- Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah di mengerti atau dipahami dan tidak bertele-tele.
- Menggunakan gambar yang baik, sopan, tidak menampilkan unsur kengerian, tidak mengandung unsur cabul, serta menyinggung unsur SARA.
- Membentuk kelompok khusus, pendengar, pembaca atau penonton.
- Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi:
1. Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
2. Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa.
4. Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
5. Berlangsung satu arah (one way traffic communication).
6. Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.
- Karakteristik Media Massa:
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Perkembangan komunikasi massa;
Ketika suatu peristiwa terjadi, jurnalis yang bekerja di sebuah media dituntun untuk membuat laporan, untuk kemudian disiarkan atau di wartakan melalui masing-masing media tempat dia bekerja, apakah itu media cetak, elektronik atau online/siber.
Namun, demi kemaslahatan umum, terkadang tidak semua peristiwa dapat disiarkan, atau kalaupun terpaksa disiarkan perlu siasat khusus agar sebuah peristiwa yang disiarkan tidak menjadi masalah tambahan bagi seseorang atau masyarakat.
Sebagai ilustrasi, akhir-akhir ini sering terjadi bentrok antar warga di wilayah Kota Palu, kemudian peristiwa itu secara gencar disiarkan oleh seluruh media nasional, cetak, siber maupun televisi dan juga foto.
Untuk wartawan televisi dan foto, biasanya akan berlomba mengambil gambar istimewa tentang bentrokan tersebut, misalkan ada kelompok warga yang berlarian sambil berteriak membawa senjata tajam ditengah kepulan asap atau kobaran api dari rumah yang terbakar. Atau kamera wartawan menangkap momen seorang warga yang tengah menembakan senjata rakitan dum-dum, atau gambar seorang warga tengah melesatkan peluncur.
Kemudian momen-momen itu ditayangkan secara berulang dan berulang, hingga seminggu atau sebulan. Penayangan berulang-ulang peristiwa bentrok ini, secara perlahan tapi pasti akan merubah frame masyarakat terhadap Kota Palu, dari yang luasnya ribuan kilometer ini menjadi hanya seluas 14 inci atau 21 inci saja, atau dengan kata lain Kota Palu menjadi hanya seluas layar televisi.
Okelah, bisa jadi terjadi kesepakatan antar wartawan untuk tidak lagi membuat laporan apapun peristiwanya tentang bentrok antar warga, semua ditutup. Ditengah arus revolusi teknologi, dengan fenomena lahirnya berbagai media sosial ditengah masyarakat seperti facebook, twitter hingga fasilitas broadcast blackberry.
Bahkan, seorang masyarakat hanya dengan telepon selular seharga Rp 200 ribu yang dia miliki dapat merekam suatu peritiswa, kemudian sedikitkun tanpa melalui proses sensor diunggah ke media sosial, hanya dalam hitungan detik peristiwa itu dapat disaksikan diseluruh penjuru dunia.
Dan ketika video amatir yang diunggah itu juga ditonton kantor media di pusat, tentunya redaksi akan langsung menghubungi wartawan, koresponden ataupun kontributor di daerah untuk membuat laporan lanjutan peristiwa itu.
Inilah sedikit gambaran dampak dari fenomena lahirnya media sosial ditengah kehidupan pers dan masyarakat pada umumnya. Celakanya lagi kalau wartawan sebuah media nasional di daerah hanya memperoleh honor dari durasi atau jumlah gambar yang tayang, tentunya menjadi buah simalakama.***
Singkatnya, komunikasi massa adalah sebagai produksi dan distribusi yang berlandaskan tehnologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan atau kontinyu, serta paling luas dipunyai orang dalam suatu masyarakat industri.
Antonim dari komunikasi massa adalah komunikasi interpersonal, maksudnya adalah komunikasi interpersonal sifatnya dilakukan secara langsung, tidak melalui media teknis, bersifat komunikasi dua arah, terjadi interaksi antar peserta komunikasi atau terjadi dialogis, kemudian secara geografis sangat terbatas.
Mengingat komunikasi massa ditujukan bagi khalayak luas, maka, komunikasi massa yang baik harus memenuhi beberapa syarat;
- Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah di mengerti atau dipahami dan tidak bertele-tele.
- Menggunakan gambar yang baik, sopan, tidak menampilkan unsur kengerian, tidak mengandung unsur cabul, serta menyinggung unsur SARA.
- Membentuk kelompok khusus, pendengar, pembaca atau penonton.
- Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi:
1. Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
2. Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
3. Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa.
4. Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
5. Berlangsung satu arah (one way traffic communication).
6. Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.
- Karakteristik Media Massa:
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Perkembangan komunikasi massa;
Ketika suatu peristiwa terjadi, jurnalis yang bekerja di sebuah media dituntun untuk membuat laporan, untuk kemudian disiarkan atau di wartakan melalui masing-masing media tempat dia bekerja, apakah itu media cetak, elektronik atau online/siber.
Namun, demi kemaslahatan umum, terkadang tidak semua peristiwa dapat disiarkan, atau kalaupun terpaksa disiarkan perlu siasat khusus agar sebuah peristiwa yang disiarkan tidak menjadi masalah tambahan bagi seseorang atau masyarakat.
Sebagai ilustrasi, akhir-akhir ini sering terjadi bentrok antar warga di wilayah Kota Palu, kemudian peristiwa itu secara gencar disiarkan oleh seluruh media nasional, cetak, siber maupun televisi dan juga foto.
Untuk wartawan televisi dan foto, biasanya akan berlomba mengambil gambar istimewa tentang bentrokan tersebut, misalkan ada kelompok warga yang berlarian sambil berteriak membawa senjata tajam ditengah kepulan asap atau kobaran api dari rumah yang terbakar. Atau kamera wartawan menangkap momen seorang warga yang tengah menembakan senjata rakitan dum-dum, atau gambar seorang warga tengah melesatkan peluncur.
Kemudian momen-momen itu ditayangkan secara berulang dan berulang, hingga seminggu atau sebulan. Penayangan berulang-ulang peristiwa bentrok ini, secara perlahan tapi pasti akan merubah frame masyarakat terhadap Kota Palu, dari yang luasnya ribuan kilometer ini menjadi hanya seluas 14 inci atau 21 inci saja, atau dengan kata lain Kota Palu menjadi hanya seluas layar televisi.
Okelah, bisa jadi terjadi kesepakatan antar wartawan untuk tidak lagi membuat laporan apapun peristiwanya tentang bentrok antar warga, semua ditutup. Ditengah arus revolusi teknologi, dengan fenomena lahirnya berbagai media sosial ditengah masyarakat seperti facebook, twitter hingga fasilitas broadcast blackberry.
Bahkan, seorang masyarakat hanya dengan telepon selular seharga Rp 200 ribu yang dia miliki dapat merekam suatu peritiswa, kemudian sedikitkun tanpa melalui proses sensor diunggah ke media sosial, hanya dalam hitungan detik peristiwa itu dapat disaksikan diseluruh penjuru dunia.
Dan ketika video amatir yang diunggah itu juga ditonton kantor media di pusat, tentunya redaksi akan langsung menghubungi wartawan, koresponden ataupun kontributor di daerah untuk membuat laporan lanjutan peristiwa itu.
Inilah sedikit gambaran dampak dari fenomena lahirnya media sosial ditengah kehidupan pers dan masyarakat pada umumnya. Celakanya lagi kalau wartawan sebuah media nasional di daerah hanya memperoleh honor dari durasi atau jumlah gambar yang tayang, tentunya menjadi buah simalakama.***
0 komentar:
Post a Comment