Mengenal Sejarah Nama Bandara Mutiara Sis Aljufri

Posted by

aginamo
Wali Kota Palu Drs Hidayat MSi berziarah di makam Masovu.
foto aginamo
Minggu (16/3/2014), Wali Kota Palu waktu itu masih H Rusdi Mastura menyampaikan kabar gembira untuk rakyat Sulawesi Tengah.

Bandar Udara terbesar di Sulawesi Tengah resmi berganti nama dari awalnya Bandara Mutiara menjadi Bandara Mutiara SIS Ali-Jufri. Hal itu sebagaimana tertera dalam Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 178 tahun 2014 yang ditandatangani Menteri Perhubungan EE Mangindaan, tanggal 28 Februari 2014, tentang disetujuinya perubahan nama Bandara Mutiara menjadi Bandara Mutiara SIS Aljufri.

Sebenarnya, kabar gembira itu telah disampaikan Wali Kota pada Selasa (14/1/2014), saat menghadiri peringatan Maulid Nabi 1434 hijriah bertempat di halaman Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Jalan Sis Al-Jufri. Sejak pengumuman awal, yang mendapat aplouse meriah dari jamaah Peringatan Maulid waktu itu, sempat muncul kegelisahan dari abnaulkhairaat, pasalnya pada papan nama bandara yang baru hanya tertulis bandara Mutiara, tanpa mencantumkan nama SIS Aljufri.
Namun kegelisahan itu terjawab pada Minggu (16/3/2014), saat Wali Kota yang saat itu didampingi sejumlah pejabat Pemkot Palu mengumumkan secara resmi SK Menteri Perhubungan tentang perubahan nama tersebut.

Kata Mutiara yang digunakan untuk nama bandara terbesar di Sulawesi Tengah itu sendiri, memiliki nilai historis yang cukup membanggakan bagi rakyat Sulawesi Tengah, karena diberikan langsung presiden pertama RI, Ir Soekarno, saat berkunjung ke lembah Palu pada 10 Oktober 1957.

Presiden Soekarno, yang merasa prihatin melihat kondisi lapangan terbang saat itu, menanyakan kepada bupati Rajawali Pusadan nama bandara Mutiara yang saat itu masih bernama "Tana Masowu" (dalam dialek Kaili Masovu), dan masowu atau masovu artinya berdebu.
aginamo
Bandara Mutiara Sis Aljufri
foto : aginamo

"Palu merupakan salah satu kota rangkaian mutiara khatulistiwa. Saya lihat dari atas tadi sebelum turun, Palu terlihat indah penuh pernik. Olehnya saya namakan Mutiara," kata Soekarno.

Sejak saat itu, Tana Masowu pertama kalinya berganti nama menjadi bandara Mutiara. Dan diawal tahun 2014 ini, nama pemberian dari presiden pertama RI ini ditambah menjadi Bandara Mutiara Sis Aljufri.

Dan, bandara Mutiara Sis Aljufri merupakan gabungan dari dua keindahan sekaligus. Pertama keindahan alam Lembah Palu dengan kondisi geografis lembah, sungai, pantai, laut dan gunung yang dianalogikan Soekarno sebagai mutiara. Kedua adalah keindahan dari semangat dan keikhlasan Guru Tua dalam meletakkan dan membangun bangunan pendidikan di Sulawesi Tengah sebagai yang terbesar dikawasan Indonesia Timur.
Yang telah melahirkan banyak tokoh, baik tingkat lokal maupun nasional, salah satunya adalah Fadel Muhammad mantan gubernur Gorontalo. Seiring pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Kota Palu pada khususnya, dan Sulawesi Tengah pada umumnya, bandar udara yang berada di ketinggian 86 meter (282 kaki) di atas permukaan laut, serta nomor designasi 15/33 berukuran 2.067 kali 45 ms (6,781 × 148 kaki),. Kini bandara Mutiara SIS Al-Jufri terus bersolek. Mulai dari peningkatan kualitas dan fasilitas bangunan terminal penumpang, hingga penampahan panjang runaway, dari yang semula sepanjang 2250 meter menjadi 2500 meter. Panjang runaway terus ditingkatkan sampai mencapai 3.000 meter. Dengan panjang itu, maka pesawat berbadan besar dan lebar seperti Airbus bisa mendarat. Sekaligus sebagai persiapan menjadi embarkasi jamaah haji Sulawesi Tengah.

Akan tetapi, berdasarkan keterangan seorang penjaga makam tua, yang nampak tidak diperhatikan sebagian besar masyakat Kota Palu, utamanya pemerintah, kata Mutiara sebenarnya adalah nama seorang putri cantik jelita di wilayah kampung Birobuli kala itu.

Mutiara sendiri merupakan adik dari Masovu, yang ternyata Masovu sendiri adalah nama orang, bukan sekedar kondisi alam di sekitar bandara Mutiara Sis Aljufri yang memang dikenal kering berdebu. Sebagaimana dalam catatan sejarah, Soekarno merupakan sosok pecinta wanita, hal ini bisa kita saksikan dalam ruang istana kepresidenan Bogor, dimana pada dinding-dindingnya terpasang banyak lukisan wanita cantik.

Penulis adalah wartawan di  Kota Palu


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Aginamo Updated at: 05:00:00

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan

Hosting Indonesia

Arsip Blog

Powered by Blogger.