Kota Anonim dan MEA

Posted by

Kota Anonim dan MEA
Kota Anonim, saya mendapat kata ini dari status di situs jejaring sosial facebook salah seorang pejabat di Pemkot Palu, yang menurutnya juga dia peroleh dari surat kabar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online ;

 anonim/ano•nim/ a 1 tanpa nama; tidak beridentitas; awanama; 2 Sos tidak ada penandatangannya.

Dalam setatusnya, si pejabat Pemkot Palu yang konsen memperhatikan dinamika masyarakat kota, selalu membahas gaya hidup masyarakat perkotaan, yang menurut dia seharusnya sudah menggunakan pola-pola yang lebih moderen dibanding masyarakat desa. Misal dari segi sanitasi, cara mengelola dan membuang sampah, baik rumah tangga maupun sampah lingkungan.
Tapi, saya tidak akan membahas Kota Anonim dari sudut pandang pola dan gaya hidup seperti yang dibahas sang pejabat tersebut.

Tetapi, saya ingin melihat secara kasar dan singkat, Kota Anonim ini dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Comunity yang telah dimulai per 1 Januari 2016 ini.
Konon kabarnya, ditengah pergaulan MEA, akan terjadi pertarungan sengit dunia usaha, baik skala besar maupun kecil. Untuk bertarung dalam pergaualan MEA, dibutuhkanlah sumber daya manusia yang mumpuni, baik dari sisi kualifikasi dan kompetensi.

Karena sudah menjadi hukum dunia usaha, hanya tenaga kerja yang berkompeten saja yang memiliki impunitas. Akan tetapi, soal kreatifitas masyarakat dunia tentu sudah mengakui, bahwa putra-putri Indonesia cukup memiliki kemampuan yang baik dalam mengutak-atik berbagai barang jadi atau pabrikan.

Hanya saja, memang, seringkali kita disuguhi tontotan yang tidak menarik dari pengelola negeri ini, bahwasanya tidak sedikit anak bangsa yang sebenarnya memiliki kemampuan dan keterampilan baik, tetapi tidak diakui dan justru ‘dikriminilkan’, contoh segar adalah Kusrin yang mampu merakit televisi dari bahan daur ulang.

Baiklah, kembali kepada soal Identitas, ya...soal identitas ini menarik bagi masyarakat perkotaan.
Dalam menghadapi MEA ini, Kemenkumham tengah gencar melakukan sosialisasi hukum kepada masyarakat, utamanya sekolah-sekolah.

Sebagai jurnalis, saya memperhatikan persiapan sejumlah daerah di tanah air, tentu hanya melalui pemberitaan, ada yang menggencarkan sosialisasi nilai agama ke sekolah-sekolah. Jika di Kendari Sulawesi Tenggara, yang berdasarkan pemberitaan sejumlah Media telah dimasuki kurang lebih 6000 tenaga kerja asing, lebih mendorong penguatan pelaku usaha kecil menengah agar lebih tangguh dalam bersaing.

Hanya saja, hingga saat ini yang masih belum nampak jelasa adalah, suatu daerah yang memperkuat identitas sosial budayanya. Misalnya, dengan membangun berbagai insfratruktur berkaitan dengan identitas lokalitas sosial budayanya.

Di daerah saya, Kota Palu – Sulawesi Tengah, jauh-jauh hari pemerintah kota berupaya membangun sekolah yang disebut berbasis ‘kearifan lokal’, itupun hanya dari sudut pandang sumber daya alam. Dan pembangungan sekolah-sekolah itu, seperti sekolah pertambangan, sekolah kakao, sekolah rumput laut dan sebagainya, belum dibarengi dengan penguatan SDM pengajar, serta sosialisasi kepada masyarakat yang jelas.

 Karena, jika diperhatikan dari minat masyarakat juga masih rendah, saat ini belum ada lulusan sekolah-sekolah itu yang membuktikan kemampuannya.

Sementara kearifan lokal, dalam hal ini nilai sosial – budaya masih cenderung diabaikan, mungkin karena kurangnya pemahaman dari para pengambil kebijakan akan nilai budaya itu sendiri.
Mungkin pula, sistem politik di negeri kita, bahwa kepala daerah berasal partai yang cenderung mengedepankan kepentingan pragmatis, sehingga nilai budaya belum dipandang sebagai potensi yang juga bernilai jual.

Secara pribadi saya yakin, keindahan karya budaya para nenek moyang suatu daerah, yang merupakan hasil interaksi dengan alam raya ini, memiliki nilai jual tinggi.

Bahkan Jauh lebih mahal dibandingkan nilai penjualan Galian C ataupun pertambangan, yang selain merusak alam juga terbukti sering menyengsarakan masyarakat banyak. Lebih dari itu, pengkaplingan hutan atau lingkungan, hampir dapat dipastikan hanya menguntung segelintir orang saja.

Demikian, silahkan Anda memperluas pemikiran saya ini.

Penulis adalah Jurnalis di Palu - Sulteng


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Aginamo Updated at: 16:55:00

2 komentar:

  1. ikut menyimak sambil blogging mas, kunjung balik blog baru saya
    http://fotodanceritanya.blogspot.co.id/

    ReplyDelete

Silahkan

Hosting Indonesia

Arsip Blog

Powered by Blogger.